Pemuda Luka



Wajahku dipenuhi kucuran keringat,
Mataku kekeh menatap arah tembok besi,
Sekujur tubuhku benar-benar hancur jika dibenturkan tameng baja
Selagi nyanyian perjuangan mulai didengungkan,
Puisi-puisi kepedihan mulai diluncurkan,
Sajak bahkan umpatan masih terus ditodongkan,
Aku takkan mundur sejengkalpun. "Ujar Komar"

Tapi, apa yang terjadi selanjutnya?
Bagaimana jadinya jika peluru meluncur padaku?
Bagaimana jika binaragawan negara melawan?
Apakah aku masih bisa utuh?

Saat itu,
Panas sang surya mulai menusuk sum-sum tulang
Kerahan otot binaragawan negara pun berdatangan
Suara masih tetap keras, dan akan semakin mengeras

Wahai teknokrat..
Kami pemuda bukan sang penerka
Didepan istana kerajaanmu
Dibawah matahari yang jadi saksi
Memperjuangkan rakyat!

Rakyat sengsara,
Rakyat yang tak bisa bicara,
Rakyat yang dimelaratkan,
Sedang kau bersemayam dalam ruang kedap suara.
Apa ini belum cukup iba?

"Jawab, bangsat!!" pekik Komar

Kami sebagai bangsa,
Bangsa yang menjadi bangsa Indonesia
Bersumpah!
Akan tetap membela tanah air kami
Akan menjaga tanah gembur subur kami
Akan tetap menumbuhkan benih padi ditanah kami
Akan tetap menjadikan tanah kami,
sebagai ladang pangan kami sendiri

73 tahun lamanya,
Indonesia merdeka!
Waktu yang tak singkat tentunya
Belum cukupkah buat menata negara
Belum cukupkah belajar sejarah
Untuk memberikan Indonesia sejahtera

Membangun atau menghancurkan?
Reforma agraria yang dicanangkan negara
Tak sedikit pun merubah keadaan
Kemelaratan yang dibantai habis-habisan dalam program kerja,
Justru sebaliknya
Masih banyak teknokrat keparat jadi konglomerat,
Diatas petani sedang sekarat

Kami lahir dari rahim yang sama, ibu yang sama, ibu pertiwi
Bagaimana kami diam tanpa suara,
Melihat padi yang mulai langka,
Melihat petani yang luka,
Petani yang punya tanah tanpa bisa mengolah
Petani yang dikoloni seperti tikus mati dilumbung padi.

Komar semakin berapi-api
Menyulut pikiran pemuda satu ke pemuda lain
Lantunan kepedihan Komar berkobar
Mempererat asa perjuangan pemuda
Lalu menyatu pada setiap jengkal langkahnya 

Semua hati pemuda mengecam ketidakadilan negeri ini
Seluruh nafas yang dihembuskan menentang kekejaman,
Semua mata manatap tajam pada penjajahan,
Dan seluruh pemuda masih akan tetap menegakkan keadilan

"Adu...duhh..." 
Kepala Komar berdarah
Dilemparkannya tangan besar yang mengepal ke kepala Komar
Diadunya telapak kaki penjaga dengan wajahnya
Dengan nafas terengah-engah ia berkata
"Aa'aku takkan mundur, pak...
masih kutancapkan asa pemuda dalam tubuhku"
"Sedikitpun.....ya.. sedikitpun"
"Lawann...."

Pekikan Komar membakar kepala para binaragawan negara
Dilemparkan lagi  tangan mengepal kedua kalinya
Sampai akhirnya Komar tergolek tak berdaya
Kepalanya ditodong senjata,
Dengan wajah yang dihadapkan kawannya

Kini Komar tak bisa bicara,
Tak bisa memekikkan suara merdeka
Tak bisa mengangkat semangat pemuda
Tak bisa menegakkan kepala
Hanya bisa meredam kesakitan yang mulai terasa

Dalam hati Komar masih berkata,
Meski tubuhku penuh luka,
Kepalaku tercabik senjata,
Meski nyawaku terpisah dari raga,
Setidaknya, asaku masih bersama pemuda
Satu kata, Lawann..!!










Comments