Kepalaku adalah Karya Seni Temanku


Selamat datang, kali ini aku akan menguraikan ulasan sedikit tentang kepalaku. Sebelum aku memulai ceritanya, kusarankan siapkan dulu kopi untuk sedikit mmencairkan suasana. Boleh juga kalau kau sesekali menghisap gulungan tembakau untuk merefreshkan pikiran. Jika itu sudah kau lakukan, silahkan lanjutkan membaca. 

Sebut saja aku "manusia" yang saat ini masih berstatus seorang mahasiswa. Seperti pada umumnya mahasiswa, kehidupanku selalu berdampingan dengan masalah finansial. Setiap hariku, aku selalu berusaha menghemat pengeluaranku, salah satunya dengan mencari alternatif apapun itu bentuknya yang berhubungan dengan uang. Saat itu, uang yang aku pegang hanya sekitar seratus ribu rupiah. Dengan nominal itu aku harus bisa menggunakannya dalam waktu satu minggu. Sedangkan kebutuhan sehari-hariku sebagai mahasiswa memang sedikit boros. Selain untuk makan dan minum, bensin, ngeprint tugas, dan yang paling penting bagiku untuk ngopi. Ya, karena ngopi merupakan rutinitas kegiatanku untuk mencari ilmu selain di kelas. Saat itu aku memiliki rambut yang bisa dibilang gondrong. Seperti mahasiswa lainya, aku juga sempat memilih untuk menggondrongkan rambutku yang secara esensinya adalah sebuah  bentuk perlawanan pada era orde baru. Sebagai Universitas Negeri, kampusku tak terlalu mempermasalahkan keadaan rambutku. Namun beberapa dosen fashionable saat mengajar dikelasku seringkali memperingatkan aku untuk segera merapikan rambut dengan alasan tidak enak dipandang. Terlebih lagi ia mengatakan bahwa penampilan saat ini merupakan suatu bentuk karakter dari seorang mahasiswa. Terkadang aku sempat memberikan alasan kenapa aku memilih untuk gondrong, namun hal itu tak dapat merubah pandangan dosen itu. Setelah aku diperingatkan beberapa kali aku terpaksa berpikiran untuk merapikan rambutku. Disisi lain untuk memotong rambutku aku perlu minta bantuan tukang potong rambut, dan itu membutuhkan uang. Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku harus memanajemen pengeluaranku untuk bisa mencapai satu minggu. Terpikirlah aku mencari tukang potong gratisan, itu temanku sendiri. Ia memang tak punya salon atau semacamnya, tapi keahlian memotong rambut menurutku sudah profesional. Segera aku menghubungi temanku itu untuk meminta bantuannya dan ia pun mau. Kudatangi ia dikontrakan, dan diambilnya gunting, mulailah rambutku dicukur dengan alat seadanya. Hanya gunting dan sisir saja. Namun hasil tak sesuai ekspetasi, rambut rapi yang kuinginkan tak seperti yang kuharapkan. Tak jarang orang-orang yang melihat kepalaku sedikit tertawa karena banyak lubang-lubang yang terlihat lucu pada kepalaku. Jadi itu rambutku bisa dibilang karya seni temanku.

Seperti biasa, aku selalu melakukan rutinitas sehari-hari yaitu ngopi. Aku tak mempermasalahkan apa yang terjadi dengan bentuk kepalaku saat ini. Karena menurutku isi dari kepala itu sendiri yang aku prioritaskan. Aku selalu berusaha memperbaiki isi dari kepalaku, salah satu usaha yang kulakukan dengan membiasakan membaca buku-buku, buku apapun itu.  Setelah kubaca, kupresentasikan hasil bacaanku itu ke dalam forum bebas, itulah sebutanku untuk warung kopi. Ya, banyak hal yang bisa aku dapat dari forum bebas itu. Selain tak ada aturan-aturan khusus, aku bisa memperoleh saran, kritik, masukan, ataupun celaan dari temanku. Semua itu aku lakukan tiap hari, dan sampai saat ini aku bisa membentuk pola hidupku berdasarkan forum bebas itu. Ada yang lebih penting dari sebatas karya seni rambutku, adalah isi dari kepalaku. Jadi esensi dari kepalaku yang sebenarnya karya seni temanku bukanlah penampilan rambutku yang dicukur oleh temanku, namun dengan forum bebas itu sendiri. Dengan forum itu aku mendapat referensi, dengan forum itu aku bisa membandingkan mana yang tepat atau tidaknya, dengan forum itu juga aka dapat membentuk pola pikirku dan diriku.

Karena hidup adalah pilihan, kau dapat memilih antara eksistensi dan esensi, dan itulah yang harus kau temukan. So, Selamat berpikir....! 

Comments