Posts

Showing posts from 2019

Sexbot dan Masa Depan Perempuan Jepang dalam Bingkai Society 5.0

Image
Publik dunia baru-baru ini seakan terhipnotis dengan negara Jepang, dengan menginisiasikan konsep masyarakat barunya, Society 5.0. Mendahului negara-negara lain diseluruh penjuru dunia yang masih berkutat menyelesaikan proyek masyarakat 4.0, Jepang menjadi negara yang seakan memiliki masyarakat yang ideal. Fenomena tersebut disusul dengan perkembangan robot yang kontroversial, robot seks, yang semakin meningkat penggunanya dalam masyarakat Jepang. Hal tersebut menimbulkan suatu pertanyaan tentang keberlangsungan hidup perempuan Jepang yang terisolasi robot seks ditengah-tengah Society 5.0 yang merupakan konsep masyarakat barunya. Dinamika perubahan masyarakat seolah tak ada hentinya. Manusia, sebagai makhluk sosial memang selalu berupaya untuk menciptakan suatu pembaharuan dalam pola berkehidupannya sebagai bagian dari masyarakat. Salah satu hal yang selalu mengalami pembaharuan dan melekat pada setiap masyarakat dewasa ini adalah teknologi. Dengan berbagai inovasi pemikiran baru

Bertaruh dengan "harapan"

Image
Hujan hari ini tak kunjung mereda, angin masih berhembus kencang menerpa pepohonan yang berdiri, air mulai menggenang disetiap sudut jalanan. Namun aku tahu hujan tak setiap detik akan turun, angin tak selalu kencang, dan genangan tak akan bisa lama bertahan. Terlintas ingatanku pada masa itu, saat aku menjadi seorang pejalan kopi, kerjaanku tak jauh dari warung ke warung kopi mencari sesuatu yang bagiku dapat berarti. Tiap hari lebih dari 1/3-nya aku bersanding dengan secangkir kopi hitam pahit yang selalu ditemani beberapa gulungan tembakau yang terkemas rapi. Sementara waktu sisanya kugunakan bercumbu dengan buku. Betapa cintanya aku dengan secangkir kopi, sampai lupa dengan singkatnya waktu yang semakin sempit untuk menjalani kehidupan yang berharga ini. Kupikir dengan aku mencintai kopi dan buku aku dapat menemui kebijaksanaan pemikiran seperti yang telah lama para cendikiawan ramalkan. Satu persatu ramalan cendikiawan kucoba wujudkan, dengan sedikit perubahan strategi dan

Sebuah syair untuk "Bung"

Image
Hei bung, Masihkah kau berjuang bagi kaum melarat? Masihkah pekikan kata merdeka yang sering kau teriakkan lagi kau gunakan? Masihkan kepedulianmu pada rakyat melarat bangsa tanah air? Masihkah nuranimu tersentuh melihat petani yang hanya sebentar lagi semakin terjatuh dalam lumbung kemelaratan? Hei bung  Pikiranmu sudah terlalu penuh dengan retorika perjuangan, Terlalu penuh ideologi yang hanya berkutat didalam buku kiri Terlalu penuh dengan sebuah dongeng- dongeng leluhur tentang kesejahteraan Saat ini, musim kaki petani sudah terganti Sawah yang luas hanya jadi bahan guruan para penguasa Benih padi yang ditanam hanya menyisakan penderitaan Pupuk yang ditebar bagaikan menebar pasal pidana bagi petani Nasib pun hanya digantung diantara palu coklat dan meja hijau Dongeng sejahtera telah beralih menjadi dalih penguasa untuk mengeruk hasilnya Para pejuang, Berdirilah!!  biar tahu rakyat berjuang dengan siapa Berdirilah!! Biar tahu mereka tak sendiri Berteriaklah! Bi

kala itu

Image
Kala itu, Aku pernah bertemu dengan "cinta" Berjabat mesra dengan masa lalunya Bercanda tawa dengan deritanya Dan mulai merengkuh masa depannya Kala itu,  Dibawah rintik air hujan yang berjatuhan Diatas jalanan basah yang terguyur harapan Kita mulai dengan merajut kasih Yang berujung kisah dari kita dan cinta Kala itu, Tatapan mata kita berbisik lirih, "kita harus teralih dari dalih" "berdamai dengan kata yang fana" "dan apapun itu, yang ada hanya kita" Namun, semua hanya kala itu......