Posts

Showing posts from September, 2018

Pemuda Luka

Image
Wajahku dipenuhi kucuran keringat, Mataku kekeh menatap arah tembok besi, Sekujur tubuhku benar-benar hancur jika dibenturkan tameng baja Selagi nyanyian perjuangan mulai didengungkan, Puisi-puisi kepedihan mulai diluncurkan, Sajak bahkan umpatan masih terus ditodongkan, Aku takkan mundur sejengkalpun. "Ujar Komar" Tapi, apa yang terjadi selanjutnya? Bagaimana jadinya jika peluru meluncur padaku? Bagaimana jika binaragawan negara melawan? Apakah aku masih bisa utuh? Saat itu, Panas sang surya mulai menusuk sum-sum tulang Kerahan otot binaragawan negara pun berdatangan Suara masih tetap keras, dan akan semakin mengeras Wahai teknokrat.. Kami pemuda bukan sang penerka Didepan istana kerajaanmu Dibawah matahari yang jadi saksi Memperjuangkan rakyat! Rakyat sengsara, Rakyat yang tak bisa bicara, Rakyat yang dimelaratkan, Sedang kau bersemayam dalam ruang kedap suara. Apa ini belum cukup iba? "Jawab, bangsat!!" pekik Komar Kami s

Rasa Raja

Image
Pendar malam mulai menjelang, Hanya bulan bintang yang beterbangan  Aku meraba hati gelisah,  hati yang dirindu rasa untuk bersama Dalam gelap kubertanya Apakah ini semacam utopia? Ketika asa yang sama dibina,  Menantang jiwa yang meraja, Membentuk kita yang bersahaja Mataku menggerayang tak menentu, Daun pepohonan menertawakanku Ku terus terang padanya Aku tak melihat rasa pada raja, Bijaksana yang seharusnya ada Raja, wooo'o raja Hanya rasa fana ternyata Kutetap tunggu kata hari itu, Entah bualan, janji, atau semacamnya  Yang tak kunjung datang pastinya Masih kutunggu,  Sembari duduk dan menikmatinya Merayakan kemenangan Dari raja sang penguasa Kurasa cukup itu saja Dan kini masih kujaga  Agar mulutku jangan bicara, Karena itu akan menghilangkan mata

Untuk Netizen

Image
Simin mengumpat, "hei jancok, itu cewekku jangan diganggu!!"  saat pacar Simin dirayu oleh Sukri, temennya sendiri. Lalu ia menghampiri Sukri, ditariknya cewek itu. Sukri hanya tersenyum, tak merasa bersalah sedikitpun karena Sukri tahu kalau simin tak mungkin marah padanya karena hal bodoh seperti itu. Terlebih lagi Simin punya hutang pada Sukri. Lima menit kemudian Sukri dan Simin boncengan menuju warkop. Kala itu Simin membuat story Wasap, begini bunyinya; " temen makan temen, masak pacar temen disikat ?". Story itu dilihat semua teman-teman Simin yang ada di kontak HPnya, termasuk Sukri. Sontak, Sukri membikin balasan story Simin, " Cok, bajingan Simin, cuman ngerayu dikit dibilang ngrebut pacar temen ". Strory Wasap Sukri juga dilihat teman-temannya yang juga termasuk teman Simin. Story Wasap itu kemudian menjadi viral, banyak teman-teman keduanya yang membalas story yang dibikin Sukri dan Simin. Ada juga yang merepost story keduanya. Mereka

Pak Presiden, Tahu Tempeku Mengecil

Image
Aku bangun dari tidurku, kuambil remot TV. Seketika aku terharu mendengar berita disalah satu chanel tipi. Dollar melunjak, rupiah menjerit. Beritanya baru saja dilaporkan reporter. Aku memang tak terlalu paham bagaimana laju pertumbuhan ekonomi yang seharusnya, yang kutahu teman-temanku, keluargaku, dan masyarakat kecil negeri ini mengeluh. Aku pun sama seperti mereka, tak punya wewenang untuk bertanya, taj punya hak berpendapat, dan yang  bisa hanya mengumpat. Mengumpat pun dalam hati. Aku takut terciduk dan dikurung aparat negara dengan dalih penebar kebencian. Lebih baik tebar pesona daripada tebar kebencian, benar kan? Lima menit setelah jeda iklan, kulihat lagi beritanya. Berita kali ini bikin aku meloncat kegirangan, 41 dari 45 anggota DPRD Malang ditangkap KPK, hanya 4 yang tersisa. Diduga mereka menerima hadiah atau janji dari Walikota Malang nonaktif dengan nilai antara 15 juta - 50 juta. Nominal yang cukup tinggi untuk masyarakat awam. Lebih tinggi dari UMK kota Malang.

Mahasiswa Dilarang Ikut Organisasi

Malam ini, kopi memberiku kesan. Aku duduk dibangku warung kopi. Tepat depan kampus, sebelah jalan raya. Tak ada seorang pun yang duduk semeja denganku, ya,  hanya kopi dan sebatang rokok. Bukannya aku tak punya teman, tapi kali ini aku ingin mencari suasana baru saja. Karena rasanya tak semua hari harus berurusan dengan keramaian, sesekali butuh sendiri untuk berbicara, bercanda, dan bercinta dengan sepi, sepi dalam keramaian. Sesekali aku mendengar suara-suara orang-orang yang mengaku dirinya mahasiswa berkumpul dan berbicara dalam warung kopi. Kudengar, sepertinya mereka membicarakan bangsa Indonesia. Mereka terlihat paham dengan apa yang dibicarakan, menguasai konsepsi pengetahuan dari jaman klasik, modern, kontemporer, dan sampai ramalan masa depan bangsa Indonesia. Kulihat mereka saling bersahutan satu sama lain. Bahasanya pun sangat baku, aku sendiri terkadang tak terlalu paham dan meminta bantuan KBBI untuk menerjemahkannya. Baru saja seorang laki-laki datang. Kulit putih, ba

Rasa Manis Tanpa Pemanis

Image
“ Lembaran kertas yang tersusun itu rapi membawa cerita pada masanya. Pula, mempunyai nilai dari setiap halamanya. Mungkin saat ini sudah tak terlalu laku di mata orang-orang dan tak terlalu pantas ketika dibawa kemana-mana. Tak terlalu indah juga ketika orang yang tak membawa gadget. Ya, memang tak bisa dipaksakan ketika semangat dan budaya yang tak mendarah daging didalam tubuh para penafsir. Padahal sudah dikatakan sebelumnya oleh para penceramah dan pemegang tinta, ketika orang yang tak pernah membaca takkan pernah mengerti luas pikiranya. Ketika dalam angan-angan dan ilusi belaka tak dapat membangkitkan para penafsir yang tertidur". Cerita ini diambil dalam warung kopi dari para penikmat kopi tanpa pemanis. "Don, kita habis kelas ini kemana?" "Kita ngopi aja deh" "Dimana?" "Yang penting tempatnya luas". Aku pun segera pergi dari parkiran bersama Dono menuju warung kopi dengan naik kendaraan tahun 1990 dibikin negara Jepang. I

Kepalaku adalah Karya Seni Temanku

Image
Selamat datang, kali ini aku akan menguraikan ulasan sedikit tentang kepalaku. Sebelum aku memulai ceritanya, kusarankan siapkan dulu kopi untuk sedikit mmencairkan suasana. Boleh juga kalau kau sesekali menghisap gulungan tembakau untuk merefreshkan pikiran. Jika itu sudah kau lakukan, silahkan lanjutkan membaca.  Sebut saja aku "manusia" yang saat ini masih berstatus seorang mahasiswa. Seperti pada umumnya mahasiswa, kehidupanku selalu berdampingan dengan masalah finansial. Setiap hariku, aku selalu berusaha menghemat pengeluaranku, salah satunya dengan mencari alternatif apapun itu bentuknya yang berhubungan dengan uang. Saat itu, uang yang aku pegang hanya sekitar seratus ribu rupiah. Dengan nominal itu aku harus bisa menggunakannya dalam waktu satu minggu. Sedangkan kebutuhan sehari-hariku sebagai mahasiswa memang sedikit boros. Selain untuk makan dan minum, bensin, ngeprint tugas, dan yang paling penting bagiku untuk ngopi. Ya, karena ngopi merupakan rutinitas

Esensi Manusia

Image
(Cerpen Kedua, "Esensi Manusia" merupakan lanjutan dari cerpen "Aku adalah Aku Yang Mereka Ketahui" sebelumnya) Malam mendadak sunyi, lampu-lampu jalanan kota terlihat sedikit meredup dan bunyi suara gelas kaca terjatuh dari tangan Erin akhirnya memecah kesunyian suasana malam. Mbok Darmi pun tak mengalihkan sedikitpun pandanganya kearah Erin. Dengan gemetar segeralah Erin membereskan pecahan-pecahan beling yang berceceran. Diambilnya sapu dan kantong plastik untuk membersihkannya. Setelah semua beling dibersihkan dan dibungkusnya pecahan beling itu dalam kantong plastik, Mbok Darmi akhirnya mendekat ke arah Erin, "lain kali hati-hati ya mbak". Suara pelan itulah yang keluar dari bibir Mbok Darmi yang membisiki telinga Erin. Terlihat anggukan kepala Erin saja yang dapat ia lakukan untuk menutupi kesalahannya. Raut wajah yang sama masih menyelimutinya, wajah yang semula begitu anggun hilang tertutupi ketakutan. Semua terjadi begitu cepat, hanya seper