Refleksi citra dan guna kontemporer


Sebagai manusia, memang tidak bisa lepas dari yang namanya keinginan. Entah-berentah keinginan itu berasal dari dorongan individu maupun dorongan dari lingkungan sekitar. Keinginan dapat berupa apa saja, dari yang paling sederhana sampai hal yang dianggap penting. Mulai keinginan untuk makan sehari-hari penampilan diri, mengkonsumsi suatu barang, sampai keinginan yang irasional sekalipun.

Dijaman ini, jaman yang serba mudah mengakses segala bentuk apa yang kita inginkan membuat batasan-batasan kesadaran kita terlepas. Dengan berbagai macam hal yang ditawarkan semakin bermacam-macam pula keinginan. Namun, keinginan akan selalu dibenturkan dengan kemampuan. Ketika seseorang merasa mampu untuk mewujudkan keinginan itu, maka seseorang akan melakukannya dengan caranya masing-masing.  

Secara sadar atau tidak keinginan itu akan terus bermunculan pada pikiran kita, lalu secara otomatis akan mencoba memenuhinya. Dan setiap keinginan itu tentunya mempunyai maksud atau tujuan. Akan tetapi dalam hal ini tujuan yang dimaksudkan adalah tujuan untuk individu sendiri. Ada yang berkeinginan membangun citra diri, dan ada pula yang lebih mementingkan guna diri. Keduanya tersebut mempunyai sisi yang berbeda. 

Pertama, citra diri diasumsikan sebagai tujuan individu untuk menggambarkan diri kepada perspektif orang lain. "Hidup butuh pengakuan", slogan tersebut relevan dengan orang-orang yang lebih mementingkan citra diri. Karena pengakuan, mereka akan melakukan sesuatu hal yang bertujuan menggambarkan diri kepada orang lain berdasarkan apa yang mereka inginkan. Dengan kata lain, mereka akan mencoba seolah-olah diri mereka sesempurna mungkin didalam kehidupan masyarakat. Lalu dengan harapan mereka memperoleh reward dalam bebentuk pengakuan. 

Dalam hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari dalam hal ekonomi. Salah satu contohnya ketika seseorang yang mengkonsumsi suatu barang berdasarkan seberapa besar nilai yang dapat dihasilkan oleh barang tersebut. Dengan alasan ketika memiliki barang tersebut akan meningkatkan pandangan masyarakat tentang diri mereka. Fenomena tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan Baudilard jika seseorang mengkonsumsi sesuatu berdasarkan citra, tanda. Artinya, seseorang di era ini tidak lagi mementingkan kualitas barang yang diinginkan, tetapi lebih memprioritaskan citra yang diberikan oleh suatu barang tersebut. Citra yang ditimbulkan oleh barang tersebut diharapkan dapat menunjang suatu perspektif yang mempunyai nilai lebih individu dari orang lain.

Kedua, berberda dengan citra yang lebih menekankan sudut pandang dari orang lain, guna dapat diartikan sebagai manfaat atau tujuan dilakukannya suatu tindakan yang berdampak pada diri individu maupun kepada orang lain. Seseorang yang lebih mementingkan guna suatu tindakan pastinya akan selalu memikirkan sebelum dan sesudah tindakan yang akan dilakukannya. misalkan saja dalam hal ekonomi, ketika seseorang ingin mengkonsumsi barang sesuatu, maka ia akan lebih memikirkan dahulu apa manfaat atau kegunaan barang tersebut bagi dirinya.

Menurut Adam Smith, seseorang memiliki alasan-alasan tertentu sebelum ia ingin mengkonsumsi suatu barang tersebut. Karena dalam pandangannya, barang memiliki suatu manfaat atau yang ia sebut sebagai nilai guna yang selalu berkaitan dengan seseorang yang ingin mengkonsumsi barang tersebut. Para penganut paham ini menitikberatkan barang sebagai alat yang dapat membantu dalam kehidupannya.

Dari kedua penjelasan tersebut yang sangat relevan dengan kondisi manusia modern saat ini adalah citra. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan tentang teknologi, didukung dengan mayoritas sistem ideologi dunia yaitu kapitalis, manusia modern akan semakin membuka ruang batasan-batasan kerasionalan dengan tujuan memuaskan keinginan individu.

Semakin meluasnya komoditi-komoditi yang ditawarkan diseluruh penjuru dunia membuat masyarakat sedikit banyak merubah pola pikir dalam hal konsumsi. Hal tersebut dikonstruksi langsung oleh sistem kapitalis dunia yang bertujuan menyetarakan suatu perspektif masyarakat menjadi satu. Berbagai macam cara dilakukan untuk tujuan tersebut, salah satunya media sosial.

Media sosial dalam hal ini sangat berpengaruh besar. Mulai dari pengiklanan ideologi, kultur, sampai komoditas ditawarkan melalui media sosial. Ya, hal itu sangat masuk akal. Melihat pengguna media sosial yang semakin mempermudah seseorang untuk mengakses informasi apapun dari luar kota sampai luar negeri, dan didukung pengguna media sosial saat ini sudah merata sampai ke pelosok ujung dunia semakin mempermudah menawarkan bentuk komoditi yang dikomersialkan. Melalui media sosial pula mereka mendoktrin paham yang bertentangan dengan nilai guna. Artinya, masyarakat dituntut untuk semakin membutuhkan dan berkeinginan untuk memiliki suatu komoditi yang mereka tawarkan.

Dengan sistem dan alat yang digunakan, dalam hal ini secara jelas dapat menunjang suatu individu disebut sebagai individu yang mengutamakan citra. Secara sadar atau tidak, dalam kehidupan sosial saat ini sudah terbukti dan diamini oleh masyarakat. Salah satu contoh sederhananya adalah ketika masyarakat saat ini tidak bisa lepas dari media sosial. Karena didalam media tersebut mengandung konten-konten yang berhubungan dengan apa yang diinginkan dan secara berkelanjutan mereka akan terus menggunakannya. Terlebih lagi dunia saat ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu dunia nyata dan dunia maya. Keduanya tersebut memiliki sisi yang berbeda dalam hal citra. Pada realitasnya, masyarakat saat ini lebih cenderung pada dunia maya dan memang tidak bisa melepaskan diri darinya. 

Comments