Bencana Hoax Lebih Besar dari Bencana Gempa

Hari ini adalah hari kamis, aku pulang dari rutinitasku di warung kopi setiap malam. Malam ini kebetulan aku ngopi di daerah Bangkalan kota, Madura. Langit tampak cerah seperti biasanya. Tak ada yang perlu diwaspadai. Kutunggangi motor supra yang selalu mengantarkanku ke tempat manapun yang aku mau.  Sesampainya dikontrakan, kuparkir dengan rapi digarasi. Saat ini pukul 01.35 WIB, waktunya mengistirahatkan badanku.

Kulemparkan punggungku diatas kasur, karena seharian penuh beraktifitas tanpa henti. Tepat pukul 01.45, baru saja 10 menit diatas kasur. Kurasakan kasur bergoyang-goyang. Kurang lebih selama 15 detik. Awalnya kukira temanku yang iseng menggoyangkan kasur, ternyata bukan. Dan itu adalah gempa bumi. Dengan segera aku lari keluar rumah. Panik, takut, dan semua rasa negatif thinking bercampur aduk dalam pikiranku.

Setelah keadaan mereda dari kepanikan. Kuambil ponselku, serentak isi cerita Whatsap dipenuhi dengan kabar adanya gempa. Ada yang berpuisi tentang gempa, memohon ampunan Tuhannya karena bencana, adapula yang menjadikan bencana gempa sebagai lelucon. Tak satupun yang ketinggalan, bahkan banyak pula yang tak tidur setelah adanya gempa tersebut. Dikhawatirkan terjadinya gempa susulan.

Pagi-pagi kubangun dari tidur singkatku, keadaan masih sama, pukul 06.30 WIB tepatnya. Cerita Whatsap yang ada dikontak ponselku semakin memenuhi lini masa. Ada yang bercerita ketika gempa mereka tak merasakan karena tidur, ada yang bercerita lagi tentang jika ini adalah ulah Tuhan yang murka dengan umatnya.

Ketika kulihat berita online yang kuakses disalah satu website, menunjukan jika di Sumenep terdapat 3 korban yang tewas akibat gempa tersebut, tepatnya di Kepulauan Sapudi, Kecamatan Gayam. Gempa magnitudo 6,4 itu membuat beberapa rumah mengalami kerusakan.

Selain website-website yang memberikan informasi, seluruh media online memunculkan berita yang sama. Hanya saja sudut pandang yang digunakan berbeda. Dengan berita-berita yang menyebar bencana terasa semakin besar dampaknya. Ditambah lagi saat ini, semua orang dapat menjadi wartawan media tanpa harus ada ketentuan tersendiri.

Dari berbagai elemen, yang kaya, yang miskin, yang tua, yang muda, semua dapat memberikan pendapatnya di media online, meskipun tanpa sumber yang jelas. Seperti halnya yang terjadi pada saat ini, edaran story whatsap mengatakan jika ada gempa susulan pada hari-hari dekat ini. Bahkan disalah satu story temanku menyatakan bahwa informasi tersebut di sampaikan oleh BMKG.

Sedangkan saat itu, ketika kucari di laman BMKG resmi tidak ada kabar yang menyatakan bahwa adanya gempa susulan. Berita edaran tersebut membuat masyarakat panik, takut, dan secara tidak langsung merusak kondisi psikis seseorang. Kabar palsu atau biasa kita dengar dengan istilah hoax memang merusak kewarasan kita.

Sebelumnya, tersandungnya kasus hoax Ratna Sarumpaet yang mendebarkan seluruh masyarakat Indonesia. Bukan hanya masyarakat, seorang Calon Presiden pun termakan hoaxnya Ratna. Dengan hal ini bisa dilihat, dalam pemerintahan pun masih terjangkit wabah hoax. Instansi-instansi pemerintahan, pendidikan, keagamaan, yang dalam hal ini mempunyai peranan penting untuk menangkal hoax masih belum mampu maksimal, bahkan menjadi sarang agitasi dan propaganda asal mula hoax ititu sendiri.

Baru-baru ini juga muncul mulai dari broadchast grup whatsap ke grup yang lain, di beranda Facebook, lini masa Instagram. Menyebarakan nomor telepon sekaligus nama lengkapnya perempuan janda akibat bencana gempa di Palu, September lalu. Dan parahnya hal tersebut ikut disebarkan oleh para pengguna gadget. Dibumbuinya kata-kata yang agamis, yang memaknai jika siapa saja yang membantu janda akan dijamin kehidupannya ahirat kelak.

Hoax memang semakin menjadi-jadi. Ketika musibah bencana alam pun, hoax selalu menjadi suatu musibah tambahan terhadap masyarakat. Bahkan jika beracuan pada contoh diatas, rasa kemanusiaan yang seharusnya diberikan pun berubah menjadi bahan candaan/guyonan. Kewarasan sungguh dibutuhkan oleh bangsa negara ini.

Hoax akan merusak saraf-saraf manusia yang menyentuhnya. Ia juga akan membuat kewarasan otak menjadi lemah dan tak dapat menangkal bentuk apapun hoax itu. Ketika dampak yang di timbulkan bencana gempa yang melululantahkan tanah, rumah, dan seluruh manusia yang disekitarnya, Hoax yang menjadi bencana baru bagi negeri ini dapat membuat kerusakan kewarasan otak seluruh elemen masyarakat. Dampak yang ditimbulkan pun bukan hanya skala nasional, bahkan skala internasional.


#Lawanhoax

Comments